Hal Menakutkan di Akhir Ajaran Sekolah

Ujian akhir, awalnya aku merasa itu
adalah hal yang menakutkan, bukan hanya karena untuk mengerjakan soal Ujian
kelulusan, tapi juga masa detik-detik kita semua, aku dan temanku dipisahkan. Masa
putih biruku pun juga akan segera berakhir. Selesai sudah semuanya. Cerita indah
tentang teman putih biruku, tapi tidak untuk diriku. Karena ini adalah awal
untukku memulai petualangan hidupku. Awal memasuki kelas X.
Seperti biasa semua menjadi terasa berat.
meskipun aku sudah pernah menghadapi ujian seperti ini, tapi tetap saja terasa
berat. Mungkin ini adalah puncak dari yang sebelumnya.
Aku harus mempelajari semuanya lagi
dari awal untuk menghadapi pertempuran yang menguras banyak tenaga juga
pikiran. Belum lagi banyaknya pilihan yang menanti setelah ujian. “Hahhh,
rasanya ingin berhenti, aku harus mempelajari semuanya dari awal lagi? Oh... “.
Inilah hidup. Tidak akan berarti tanpa sebuah ujian. Perjuangan demi perjuangan
mulai aku lakukan, setiap pagi melangkah ke sekolah hingga pulang sekolah di
sore hari, hanya rasa lelah juga gelisah yang mendampingiku. Bahkan untuk makan
dan tidur pun tak tenang.
Perasaan takut akan sebuah kegagalan
selalu menghantui diriku. Hanya malam yang sunyi yang bisa menenangkan jiwaku
disaat aku menghadap yang maha segalanya. Dan memang benar, kita tak perlu
takut jika kita terus mendekat pada-Nya disela-sela kesibukan kita dengan ujian
tersebut. Disela-sela kesibukanku, aku juga harus memikirkan masa depanku.
Tujuanku jika ujian ini berhasil, dan tentunya harus berhasil. “Ya Allah...
Mudahkanlah aku dalam menghadapi Ujian Kelulusan ini ya Allah, Berikanlah
kelancaran dan kemudahan dalam mengerjakan Soal-soal Ujian ya Allah” Itulah do’a
yang selalu aku baca setiap selesai sholat.
Hanya perlu yakin pada diri sendiri
dan juga tak lupa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mulai dari instansi
pendidikan, pekerjaan datang menghampiri. Saat aku mulai yakin pada satu
tujuan, tujuan lain datang. Impianku ingin jadi pebisnis, akan tetapi bisnis
apa? Apa yang saya kuasai? Rasanya tidak mungkin. Kemudian muncul keinginan
lain, saat itu aku sangat suka sekali pada dunia IT, aku ingin memiliki kerja
dalam hal yang berhubungan dengan IT. Dan saat itu pula aku bingung menentukan
SMA mana yang harus aku pilih untuk melanjutkan studiku.
“Aku ingin menjadi Developer Game,
SMK bisa tapi di Sebenarnya tanpa di SMK pun bisa”. Aku meminta pendapat ke
orang tuaku kemana aku harus melanjutkan sekolah?. Beliau mengatakan terserah
kepadaku, aku malah tambah bingung, tapi diakhir beliau menyarankan bahwa tanpa
di SMK pun aku bisa melanjutkan impianku. Aku bertanya pada saudaraku, dan
jawaban yang sama pun mereka berikan kepadaku. Dan akhinya aku sudah menentukan
Sekolah mana yang akan aku pilih.
Detik-detik menjelang ujian. Aku tak
tau kenapa jantung ini berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Pengen rasanya aku
berteriak, tapi aku tak mampu. Keringat dingin juga keluar dari badanku. Aku
drop out, hampir tak sanggup mengerjakan soal-soal itu. Tapi keluarga juga
mimpiku menguatkan aku.
Aku terus berdoa sambil mengerjakan
soal-soal itu. Berharap tidak ambruk saat mengerjakan soal-soal ini hingga hari
terakhir. Tiga hari berlalu. Haahhh, lega rasanya. Eitss, tunggu dulu! Masih
ada ketegangan yang sepuluh kali lebih besar dari ini. Hari demi hari aku
menunggu. Akhirnya hari H pun tiba. Aku mencoba menenangkan diri, tapi tetap
tak bisa. Hatiku bergemuruh, ‘jantungku mau copot!’ teriakku dalam hati.
“kamu kenapa,? Lebih baik kita ke
mushola aja yuk, pasti bias lebih tenang.” Seseorang telah mengulurkan
tangannya untuk diriku.
Aku tersenyum dan menyambut uluran
tangan tersebut. Dan benar, saat aku berdiri di depan pintu hatiku merasa kesejukan.
Badai yang menerpa hatiku mulai meredam. Kini hatiku merasa sejuk, seakan embun
pagi membasahi hatiku. Aku terus berdoa, aku ingin yang terbaik untukku,
keluargaku, sahabatku juga semuanya. Ingin rasanya aku menumpahkan isi hatiku,
tapi aku masih belum sanggup. Hanya sedikit yang keluar, sedikit membuat hatiku
merasa nyaman.
Hari penentuan kelulusan pun tiba. Semua
siswa yang lulus tertulis di daftar kelulusan di Mading sekolah. Rasanya sangat
deg-degan sekali untuk melihatnya. Aku tidak melihatnya karena banyak sekali
siswa yang berkumpul di depan daftar kelulusan. Hingga aku mendengar kata “kamu
LULUS…” mendengar teriakan tersebut sepontan aku langsung terduduk dan bersujud
syukur. “Terimakasih ya Allah kau mengabulkan do’aku”.
0 komentar:
Post a Comment