Niat yang Baik Tak Selamanya Baik

Setiap hari tak ada yang direnungkan sang istri, hanya rasa
bersalahnyalah yang selalu ada dibenaknya sehingga ia mempunyai niat untuk
menghindar dan menjauh dari suaminya dengan maksud agar suaminya resah dan
jenuh sehingga ada keinginan untuk menikah lagi, akan tetapi karena kuatnya
cinta sang suami sikap dan niat istrinyapun ia abaikan.
Sehingga pada suatu pagi ketika mereka hendak sarapan, sang
istri berkata lagi pada sang suami ”mas, aku sadar mas tidak akan bahagia
dengan pernikahan kita tanpa adanya buah hasil dari cinta kita, aku mau mas
sekarang menikah lagi supaya mas bisa mempunyai seorang anak, aku rela mas
meskipun anak itu terlahir dari perempuan lain aku terima”. Sekarang sang suami
tidak bisa menyanggah ataupun menanggapi dari keinginan sang istri yang sangat
kuat itu. ”pergilah mas, cari wanita yang bisa mas nikahi dan bisa memberikan
mas anak” lagi-lagi sang istri berkata.
Tidak ada lagi yang bisa dilakukan sang suami, karena
cintanya yang sangat besar kepada istrinya dan tidak mau istrinya terus-terusan
menangis maka ia akan memenuhi dan mengabulkan permintaan sang istri.
Pada suatu ketika akhirnya sang suami menemukan perempuan
yang bernama Ratna dan iapun mau menjadi istrinya serta mau menyerahkan bayinya
kepada suaminya bersama istri yang sudah diketahui sebelumnya. Mereka tinggal
dalam satu rumah, sang istri sangat akrab dengan Ratna apalagi ia sudah tau
bahwa Ratna sekarang sudah mengandung anak dari suaminya.
Sang istri rela melakukan dan mengabulkan setiap apa yang
dinginkan oleh Ratna demi keselamatan dan kesehatan janin yang ada pada
kandungan Ratna. Sang suami hanya bisa melihat apa yang dilakukan istrinya
kepada istri keduanya itu.
Sembilan bulan sudah Ratna hamil dan akhirnya ia melahirkan
di salah satu rumah sakit yang terletak di kawasan tempat mereka tinggal.
Betapa bahagianya sang suami dan istrinya melihat bayi yang dilahirkan Ratna
akan segera memanggilnya papa dan mama.tidak lama kemudian persalinanpun
selesai dan mereka pulang bersama-sama, entah kenapa di pikiran Ratna terbesit
sesuatu yang bertentangan dari perjanjian yang ia buat bersama keluarga suaminya
itu.
Hingga pada waktunya tiba istri dari suaminya itu ingin
meminta dan menggendong anak Ratna dengan suaminya itu. Tiba-tiba Ratna menepis
”tidak,, aku tidak akan menyerahkan bayi ini kepada kalian ”tapi kenapa Ratna? kamu
sudah janji mau memberikan bayi itu kepada kami” kata sang suami. ”iya itu
dulu, sekarang tidak lagi. Aku yang mengandungnya selama sembilan bulan, aku
yang melahirkannya dengan mempertaruhkan nyawaku, dan sekarang dengan mudahnya
kalian mau merebut anak ini dariku? lebih baik aku pergi dari sini sekarang,
dan kalian jangan macam-macam untuk mengambil bayi ini dariku”. Ratna? Ratna?
Tunggu Ratna, sang suami mencoba menahannya supaya tidak pergi namun sia-sia.
Sang istri hanya bisa menangis, menangis dan menangis. ”sudahlah,,
jangan menangis lagi, memang kita sudah di takdirkan hidup bersama tanpa adanya
seorang putera” sang suami mencoba menghibur istrinya. “maafkan aku mas, aku
kira dengan kita memiliki anak meskipun dari perempuan lain kita akan bahagia, ternyata
aku salah mas, maafkan aku”
0 komentar:
Post a Comment