Perpisahanku dengan Ibuku
Saya adalah anak bungsu dari dua bersaudara saat itu saya
masih kelas dua sekolah dasar sedangkan kakakku kelas satu SMP, ayahku merantau ke negeri seberang dan ibuku bekerja
sebagai pembantu rumah tangga, ayahku merantau sejak aku masih berumur satu
tahun jadi saya masih tidak mengenal sifat ayahku jika wajahnya saya bisa
melihat lewat foto yang terpampang di dinding rumahku, saya sangat rindu ayahku
.
Hari hari saya lewati bersama seorang ibu yang sangat
pekerja keras dan penyayang kepada anak-anaknya, suatu ketika pada pagi yang
diwarnai hujan yang deras serta petir yang menggelegar tiba-tiba ibu bertanya
padaku.
“dek!kamu pengen
rumah yang besar enggak?”
Dengan polosnya aku menjawab
“iya buk, aku pengen
banget!! Kayak di TV itu ada kolam renangnya!”
jawabanku tadi
membuat ibuku tersenyum lalu menghampiriku dan memelukku sambil berkata “kalau pengen rumah yang besar ibu gak bisa
kerja disini ibu harus pergi keluar negri”
“Keluar negeri itu dimana bu?”
“keluar negeri itu
sangat jauh disana itu banyak uangnya!”
Tiba-tiba petir menggelegar dan mengejutkan aku dan ibuku
seketika aku memelukku ibu erat-erat dan
aku bertanya
“siapa nanti yang menjaga aku ketika sepeti ini?”
“tiba-tiba ibu
melepas pelukanku dan pergi ke kamar sepertinya ibuku sedang menangis
Setelah pembicaraan itu hari-hari terasa jauh berbeda
kakakku sering menangis dan aku tak tau penyebabnya, ibu tidak bekerja seperti
biasanya dan menghabiskan waktu bersamaku
Suatu malam saat aku bersama ibuku aku bertanya ibu
“ibu kapan yang mau ke luar negeri?”
“seminggu lagi dek!”jawab ibu dengan mata yang berkaca-kaca
“apaaaa?? Ibu jangan tinggalin aku kalau ibu pergi siapa
yang akan melindungiku? Siapa yang akan menghiburku ketika aku sedang
menangis?”tanyaku sambil menangis
“ada pengganti ibu dek! Dia yang menjaga kamu da merawatmu!”
ujar ibu
“tapi tidak ada yang bisa mengganti sosok ibu di hatiku!”
Perbincangan itu berlanjut hingga larut malam tak tersa
akupun tertidur dipangkuan ibu
Seminggu itu terasa sangat sebentar
Hari terakhir bersama ibu sudah berada di depan mata
Aku bertanya pada ibu “ibu janji ya akan sering menelponku”
“ya ibu janji akan sering menelponmu dan kakakmu”
Sangat berat untuk melepas ibu tapi apa daya kebutuhanku dan
kakakku semakin banyak dan pemasukan minim sekali, aku mengerti keadaan
keluargaku
Dengan berat hati aku melepas ibuku dari pelukanku air
matapun sudah tak terbendung lagi akupun menangisi kepergian ibuku
Sebelum ibu naik bis ibu berkata padaku “jadilah anak yang
pintar nak, buktikan kalau kamu bisa berprestasi tanpa bimbingan ibu jangan
seperti ibu yang hanya bisa sekolah sampai SD”
Itulah kata terakhir yang diucapkan ibu untukku, setelah bis
yang dinaiki ibu sudah berangkat aku tetap mengingat kata-kata ibu aku berjanji
akan membuktikan kepada ibu dan semua orang kalau aku bisa berprestasi tanpa
ibu
Akupun belajar dengan sungguh-sungguh semua ini aku lakukan
demi ibuku
Dan ternyata impianku dan ibuku terkabul aku sekarang bisa
menjadi anak yang mampu berprestasi tanpa ibuku
Akhirnya kalimat itu sudah menjadi fakta bagi saya dan bagi
semua orang

0 komentar:
Post a Comment