Pesarean Aer Mata (Makam Rato Ebhu) Bangkalan
Pasarean Aermata atau Makam Ratu Ibu (Rato Ebhu), demikian
penduduk Madura menyebut situs bersejarah yang berada di Desa Buduran,
Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan ini.
Sejak ratusan tahun silam, Aermata tak hanya populer karena
keunikan seni arsitekturnya, tetapi juga karena kadar kekeramatannya. Itu sebabnya,
Pasarean Aermata tak pernah sepi dari kunjungan para peziarah. Terlebih di
saat-saat tertentu, seperti pada malam Jum’at Legi, Jum’at Wage, Bulan Suro,
saat malam ganjil di bulan Ramadhan atau Syawal, jumlah pengunjung di kompleks
makam itu meledak bukan kepalang. Bila dihitung secara kasar jumlahnya bisa
mencapai ribuan orang peziarah.
Peziarah yang mengunjungi Pesarean Aer Mata ini tak hanya
dari Madura saja, juga ada yang datang dari luar kota bahkan sampai luar
negeri. Ketika ditanya, para pengunjung banyak menjawab bahwasanya mereka dari
luat kota. Seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Sulawesi Selatan,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Nanggroe Aceh
Darussalam dan lain sebagainya. Untuk luar negeri, yang paling banyak berasal
dari Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan bahkan Bangladesh.
Kompleks kuburan kuno itu terhampar kokoh di puncak bukit
kecil berketinggian sekitar 30 meter di atas permukaan laut (mdpl). Karena itu
pula saat kita berkunjung ke sana, mencapai makam itu terlebih dulu harus
menaiki puluhan anak tangga agar sampai di Pasarean Aermata.
Sampai di atas kompleks makam, kita akan menjumpai pagar
batu andelis warna putih yang mengitari makam, batu-batu itu disusun rapi,
tanpa menggunakan perekat semen bak bangunan candi-candi tua di Pulau Jawa. Ada
enam cungkup ukuran besar, sedang, dan kecil berdiri tegar di bagian tengahnya.
Desain arsitekturnya yang unik tak hanya menawarkan keelokan situs karya seni
yang antik, namun juga menyiratkan nuansa sakral dan juga magis.
Aroma keunikan dan daya tarik dari Pasarean itu berada pada
tokoh yang dimakamkan di sana. Selain terdapat makam para Raja Madura. Daya tarik lainnya
ada pada motif dan ukiran unik yang ada di perabotan makam. Yaitu susunan batu
andelis pada pintu gerbang kedua, cungkup peringgitan tempat menerima tamu
peziarah, cungkup tempat penyimpanan senjata dan sisa perabotan peninggalan
kerajaan, cungkup para juru kunci, serta tiga cungkup utama tempat
bersemayamnya jasad para raja. Demikian pula aksesori hiasan memolo dan
kemuncak yang bertebaran di puncak atap masing-masing cungkup.
Rumit memang, pemahaman kita terhadap konfigurasi seni ukir
yang ada di kompleks makam. Apalagi di balik konfigurasi seni ukir itu
tersimpan simbol misteri yang melambangkan kerukunan antar umat dari tiga agama
yang berkembang pada saat itu, yakni Islam, Buddha, dan Hindu. Jika peziarah
teliti, simbol kerukunan itu, meski samar, nampak terlihat transparan, sebab di
antara hamparan ragam bentuk seni ukir itu, tersisip ukiran bunga teratai yang
menyimbolkan ajaran Budha, miniatur Ganesha sebagai simbol Hindu, serta ukiran
kaligrafi sebagai simbol Islam. Ketiganya saling bertaut menggambarkan sebuah
cerita kerukunan antar umat di Madura pada dulu kala.
Sayangnya, ajaran kebaikan tentang keagamaan dan falsafah
yang ada di balik keunikan dan kemisterian Pesarean Aermata tak banyak orang
tahu. Hal ini dapat dilihat dari datangnya para peziarah yang kebanyakan dari
daerah luar Madura dan Pulau Jawa. Inilah tantangan yang harus segera dijawab
oleh pemerintahan setempat bekerjasama dengan masyarakat dan para ahli sejarah,
untuk terus berupaya maksimal menggali dan menyebarluaskan informasi sejarah
yang ada di negeri ini. Seperti sejarah Aermata sendiri.
0 komentar:
Post a Comment